Monday, September 15, 2003 

Wonogiri, 15 Agustus 2003

Kepada Yth.
Bapak Direktur Eksekutif The Amien Rais Center
Di Jakarta


Dengan hormat,

Bapak Amien Rais sebagai suporter PSS Yogyakarta adalah satu-satunya calon presiden yang aktif berbicara tentang sepakbola Indonesia. Merujuk hal itu, saya sebagai simpatisan PAN dan suporter sepakbola Pasoepati dari Solo yang tergiur misi The Amien Rais Center (ARC) yang seperti kata Alvin Lie (Jawa Pos, 26/2/2003) sebagai lembaga untuk mengaktualisasikan berbagai program demi kesejahteraan rakyat, bersama ini saya ingin mengajukan gagasan revolusioner untuk pabrik ide dan think tank-nya PAN ini.

Saya saat ini menjabat sebagai Sekjen Asosiasi Suporter Sepakbola Indonesia (ASSI) dan menulis naskah buku Hari-Hari Sepakbola Indonesia Mati. Sebagai sarana elegan berkampanye, demi upaya merangkul ribuan suporter sepakbola Indonesia, beranikah ARC menerbitkan buku saya tersebut ? Apalagi, bila buku itu bisa terbit awal Oktober 2003, maka buku tersebut bisa nimbrung dan mewarnai atmosfir berlangsungnya Konggres PSSI saat itu. Buku itu pun dapat dijual di arena konggres PSSI tersebut yang dihadiri wakil-wakil dari Komda PSSI dari seluruh Indonesia. Apalagi, liputan pers pasti sangat gencar dan intensif menyoroti konggres organisasi olahraga yang paling banyak penggemarnya itu. Bukankah momen "panas" ini bisa menjadi arena ampuh mengkampanyekan sosok dan visi Pak Amien sebagai Capres tentang masa depan sepakbola Indonesia untuk komunitas inti sepakbola Indonesia secara tepat sasaran ?

Dalam buku saya ini memang ada artikel menyangkut Pak Amien Rais. Yaitu tentang peristiwa di tahun 1998, saat saya menyerahkan kaos pemain bola dengan punggung tertulis '10" dan "AMIEN RAIS" untuk Pak Amien di Acara Tablig Akbar di Masjid Besar Solo, tetapi juga ada kritik saya atas pendapat Pak Amien bahwa Indonesia akan ikut Piala Dunia 2006. Semoga satu kritik ini bukan hal yang mengganggu. Sebab di buku tersebut Pak Amien dan ARC masih terbuka luas peluang berkampanye secara cerdas, elegan, nalar dan halus, dengan menulis kata pengantar dalam buku ini. Lewat tulisan itu, saya yakin, Pak Amien sebagai Capres diharapkan dapat membeberkan visi gemilang tentang sepakbola Indonesia masa depan, dan mencantol ke dalam benak, diterima ribuan pembaca warga komunitas sepakbola Indonesia dengan resistensi minimal.

Beranikah ARC menyambar secara cepat sodoran ide liar ini ? Proposal buku, daftar isi dan pendapat suporter Indonesia dari pelbagai kota untuk buku ini dapat Anda simak di situs weblog saya, http://suporter.blogspot.com. Mohon maaf, sebenarya surat dan proposal telah berkali-kali saya coba kirim lewat e-mail ke redaksi@m-amienrais.com, tetapi selalu mental karena kotak surat elektronik Anda over-quota. Saya menunggu nasehat dan kontak lanjutan segera dari Anda. Terima kasih untuk atensi Bapak.


Hormat saya,


Bambang Haryanto
E-mail:
humorline (at) hotmail.com,
humorline (at) plasa.com

 

PROPOSAL BUKU
HARI-HARI SEPAKBOLA INDONESIA MATI

Oleh : Bambang Haryanto


1. ABSTRAKSI


Football without fans is nothing. Itulah kredo terkenal Jock Stein, pelatih legendaris tim Glasgow Celtic, Skotlandia. Tanpa suporter, tidak ada sepakbola. Sepakbola membutuhkan suporter agar sepakbola mampu terus survive.

Tetapi di Indonesia, negara berpenduduk nomor empat terbesar di dunia yang prestasi sepakbolanya mati di pentas dunia akibat kungkungan budaya yang tidak menunjang dan salah urus, justru suporternya menjadi lubang hitam, black hole, energi maha dahsyat yang menyedot habis sisi-sisi positif sepakbola.

Tindak kekerasan, kerusuhan, jatuhnya korban baik luka atau tewas, rusak dan terganggunya ketertiban, pranata sosial sampai prasarana umum, merupakan citra buruk yang melekat pada suporter sepakbola. Suporter divonis memperburuk citra sepakbola, juga menjadi problema sosial serius bangsa dan negara Indonesia.

Paradigma baru suporter sepakbola Indonesia kini sedang digulirkan. Buku ini berisi pandangan penulis sebagai salah satu pelaku, orang dalam, dan pelopor revolusi paradigma baru suporter sepakbola Indonesia. Terhimpun sebagian dari tulisannya di pelbagai media cetak lokal dan nasional, Internet dan kontes esai berskala nasional, telah dipancangkan paradigma baru suporter sepakbola, yaitu perubahan dari budayanya yang destruktif menjadi penghibur yang atraktif. Suporter sepakbola diimpikan hadir sebagai organisasi penghibur, entertainer, guna tampil kolosal dalam konser yang atraktif, kreatif, berlaku cinta damai dan anti tindak kekerasan. Suporter di stadion statusnya terangkat, tidak lagi hanya menjadi penonton belaka, tetapi berubah menjadi aktor suatu totalitas pemanggungan teater sepakbola. “Gerakan kebudayaan” tersebut akan membuka dimensi-dimensi baru organisasi suporter yang bermanfaat bagi komunitasnya dan sepakbola Indonesia di masa depan. Seorang suporter Jepang telah mengomentari konser suporter Indonesia masa kini sebagai, “It is more great than Japan and Serie A!".

Paradigma baru itu kini menjadi virus positif, bahkan gelombang epidemi sosial, yang menjalari kota-kota sepakbola utama di Tanah Air. Bermunculanlah kelompok-kelompok suporter mengusung cita-cita yang sama, dari Jakarta hingga Persipura. Di Solo hadir Pasoepati, di Yogya muncul Slemania (PSS Sleman) dan Brajamusti (PSIM). Buku yang pertama dalam bidangnya ini merupakan album yang mengabadikan kisah-kisah perjuangan suporter sepakbola Indonesia dalam menjalani paradigma baru eksistensinya. Juga sekaligus merupakan signpost, penunjuk arah, bagi jutaan penggila sepakbola Indonesia dan bahkan juga bagi kemajuan sepakbola Indonesia di masa depan.

Berlatar belakang interaksi antarsuporter sepakbola Indonesia, juga dunia, isi buku diperkaya dengan cerita humor, hubungan cinta dan benci antara suporter dan tim yang ia dukung, edukasi tentang etika, kisah pergulatan menyiasati kegagalan sampai kebencian, mengobarkan keinginan terus belajar dan berbagi ilmu, mengasah kreativitas sampai kiat-kiat membaca peluang bisnis atau pun karier, dan strategi memanfaatkanya guna sukses meraih cita-cita bagi setiap pribadi dan organisasi di era informasi kini dan masa depan.


2.PASAR SASARAN BUKU


Pasar buku ini adalah suporter sepakbola Indonesia, yang bergairah mendukung tim-tim yang berlaga dalam kancah Liga Indonesia selama ini. Diutamakan kepada kelompok suporter Pasoepati (Solo), Aremania (Malang), The Jakmania (Jakarta), Slemania (Sleman/Yogyakarta), Laskar Benteng Viola (Tangerang), Panser Biru (Semarang), Ultras (Gresik), The Macz Man (Makasar), Viking dan Bomber (Bandung), dan Bonek (Surabaya). Nama-nama para pentolan kelompok tersebut adalah para hero, pelaku sejarah gerakan paradigma baru suporter Indonesia dan terdokumentasikan kiprahnya di buku ini.

Komentar salah seorang pentolan suporter Aremania (Malang), berpendidikan MBA dan tinggal di Nusa Tenggara Barat tentang rencana penerbitan buku ini : “Salut dan bangga ada buku tentang suporter Indonesia, perlu gebrakan memang untuk mewujudkan impian. Saya ingin membantu memasarkan di NTB kalau diijinkan, mungkin juga akan menjualkan ke teman-teman di sini sebab kami jauh dari kota…. Saya yakin dengan nama saya ada di buku itu pasti teman-teman tertarik untuk membelinya, disamping memang isinya patut dibaca oleh insan bolamania demi perkembangan dan kemajuan sepak bola Indonesia. Kalau perlu, pas launching saya datang apabila diberitahu sebelumnya”


Pasar potensial lainnya adalah komunitas sepakbola Indonesia di luar kelompok suporter, yang antara lain meliputi :

· Para pemain sepakbola eks pemain Pelita Solo, Persijatim Solo FC, PSS Sleman, PSIS Semarang, Persija Jakarta, PSM Makassar, dan lainnya.
· Kalangan ofisial tim-tim yang berlaga di Liga Indonesia
· Para petinggi PSSI
· Komunitas media massa, baik cetak, elektronik dan Internet.
· Pencinta sepakbola Indonesia di luar komunitas suporter.


3. PROFIL PENULIS

Bambang Haryanto, suporter Pasoepati, Solo.
Sejak 2001 menjabat sebagai Sekjen Asosiasi Suporter Sepakbola Indonesia (ASSI). Pencetus Hari Suporter Nasional 12 Juli (2000) dan dikukuhkan sebagai Pemegang Rekor dalam Museum Rekor Indonesia (MURI) Semarang. Dalam organisasi Pasoepati, pernah menjabat sebagai Menteri Media dan Komunikasi, kemudian Menko Bina Citra (2000-2001) yang bertanggung jawab dalam strategi media, pemasaran, dan propaganda Pasoepati dalam media cetak, elektronik dan Internet. Sebagai penulis dan konsultan komunikasi menulis artikel beragam topik, seperti teknologi informasi, strategi karier, sepakbola dan suporter sepakbola di media lokal dan nasional. Tulisannya mengenai strategi bisnis di Internet memenangkan Juara Harapan I dalam Lomba Karya Tulis Teknologi Komunikasi dan Informasi (LKT3I) PT Indosat, Kompas, Republika, Gatra dan LIPI, 1999. Esainya mengenai impian masa depan suporter Indonesia menyabet Juara I Kelompok Umum dalam The Power of Dreams Contest 2002 oleh PT Honda Prospect Motor, Jakarta. Kemenangan ini membawa profil dirinya ditayangkan dalam The Power of Dreams Documentary di stasiun televisi TransTV, 27 Juli 2002. Menulis buku kumpulan humor, Ledakan Tawa Dari Dunia Satwa (Penerbit Andi, 1987) dan Bom Tawa Antarbangsa (Penerbit USA, 1987).

Pendidikan : Lulusan dari Jurusan Mesin Fakultas Keguruan Teknik UNS Sebelas Maret, Solo (1979) dan Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas Sastra Universitas Indonesia (1984).


INFORMASI TAMBAHAN

Informasi dan promosi pra-penerbitan buku Hari-Hari Sepakbola Indonesia Mati antara lain telah dimuat dalam Tabloid Olahraga Bola (24/1/2003) pada kolom “Halaman Tiga”, yaitu kolom terhormat yang selama ini diperuntukkan bagi kalangan ahli atau pakar olahraga Indonesia. Rencana penerbitan buku ini juga disajikan dalam milis ASSI (assi-l@yahoogroups.com), ajang diskusi suporter sepakbola Indonesia dari pelbagai penjuru tanah air. Info tersebut juga di-forward kepada milis kelompok suporter lokal, seperti Solomania, Aremania, Slemania., dan lainnnya. Hasil interaksi antarsuporter Indonesia dan tanggapan mereka tentang rencana buku ini dapat disimak dalam weblog penulis, Suporter Indonesia (http://suporter.blogspot.com) ini pada bagian awal, dengan menarik vertical scroll bar sampai ke dasar/bawah.

 

DAFTAR ISI BUKU
HARI-HARI SEPAKBOLA INDONESIA MATI
Oleh : Bambang Haryanto
Pemegang rekor MURI
Sebagai Pencetus Hari Suporter Nasional 12 Juli





UCAPAN TERIMA KASIH

DAFTAR ISI

PENGANTAR OLEH THE AMIEN RAIS CENTER

PENGANTAR OLEH PROF. DR. M. AMIEN RAIS

PENGANTAR PENULIS


1. ANDA SUPORTER TERHEBAT DI DUNIA !

Telesuporter A la Duta Sangkrah 1

Mantra Dan Glory Night Pasoepati 3

The Great Train Robbery Versi Pasoepati 7

Semalam Menjadi Suporter Sonek 9

Julukan Pemain Pelita Solo 13

Pelita, Kami Patah Hati ! 15

Protes Topo Bisu Pasoepati 17

Award Pasoepati Diaborsi PSSI 19

Lagu Go West Dan Cinta Pertama 21

Pasoepati Za Mir, Pasoepati Za Druszba 25

Bawa Pulang Alya Rohali ! 29

Puisi Ibunda Pasoepati Untuk Kita Suporter Indonesia 31

Surtato dan Mayor, Berseberangan Sungai 33

Gita Empati Dari Aremania 35

Bantai Vs Banzai : Pasoepati Vs Aremania 37

Perang-perangan Pantun Pasoepati-Aremania Di Jakarta 39

Menaklukkan Kota Bonek, Popor Senjata Dan Bunga 43

Buat Apa Solo, Solo Itu Tak Ada Gunanya ! 45

Mel Gibson, Merangkai Cinta Makassar Dan Solo 47

Diplomasi Sticker A La Panser 49

Orang Sleman Warga Pasoepati 51

Membungkam “Bebek Mandi” Slemania 53

Slemania, Kembang Api, Salak Dan Cinta 55

Syal Ultras Memandu Langkah Di Mekah 57

Lagu-Lagu Sepakbola : Osama Pun Dipuja ! 61

Bercermin Dari Kebencian Seorang Suporter Inggris 67

Anda, Suporter Sepakbola Terhebat Di Dunia ? 69


2. PASOEPATI BAYANGAN VS PASOEPATI JIN

Pasoepati dan Dongeng Sup Batu 75

Dari Konimex ke Kentingan : Menggagas Obat Kuat Pasoepati 81

AD/ART Pasoepati : Peluang Atau Ancaman ? 85

Pasoepati Bayangan Vs Pasoepati Jin 91

Skandal Bojo Loro Dan Pasoepati 97

Mayor, Steve Jobs Dan Diktator Pasoepati ! 101

Berang-Berang, Serigala Dan Ikan Pasoepati 107

Rojomolo, Status Quo Dan Revolusi Pasoepati 109

Dongeng Serigala Muda Dan Pasoepati 113


3. DANSA TANGO PASOEPATI DAN MEDIA

Kode Etik FIFA, Kode Etik Pasoepati 117

Pasoepati Butuh Orang Aeng-Aeng 119

Dansa Tango Pasoepati Dan Media 121

Misi Di Balik Judul Tur Pasoepati 127

Jangan Berhenti Mengritisi Pasoepati 131

Anak Tiri ? 135

Bu Kasur, Bu Rolly, Indahnya Kenangan Masa Anak-Anak 137

PERSIS, Pasoepati Dan Ekonomi Atensi 141

Sepakbola Solo, Mau Kemana Lagi ? 145


4. APA PAMRIH TERSELUBUNG ANDA DI PASOEPATI ?

Kiat Mengeruk Untung Dari Pasoepati 151

Etno Ensemble : Sukses Dari Kemelut Konflik Di Pasoepati 157

Pasoepati, Sup Batu Lezat Yang Tidak Lagi Terbagi 161

Kuatirnya Stuart Bruce Dan Orientasi Baru Suporter Sepakbola 165

Pasoepati, Wong Jowo Yen Dipangku Mati 169

Kuis Piramida : Apa Pamrih Terselubung Anda di Pasoepati ? 175


5. THE POWER OF DREAMS : MENGUJI IMPIAN SUPORTER
SEPAKBOLA INDONESIA

The Power of Dreams : Revolusi Budaya Suporter Sepakbola 185

Riri Riza, Dian Sastro, Dansa Suporter Indonesia 189

Mien R. Uno : Pendukung Aremania Atau The Jakmania ? 191

Penyesalan Suporter Diuji Seorang Susy Susanti 193

Memimpikan Glory, Memimpikan Mariko 197

Glory, Gladys, Maria, Dular, Ardian, Junaidi… 201

Syuting Atau Tidak Syuting ? 207

Reuni Keluarga Honda di Senayan dan Balapan 213



6. KEBRUTALAN SUPORTER SAMPAI EQ JONGKOK

Kekerasan Suporter, Lemmings Dan Teori Broken Windows 219

Suporter Cash & Carry Dan EQ Jongkok 223

Sonny Corleone dan Gigitan Ular Berbisa 229

Padamu Negeri, Khas Pasoepati 233

The Day Indonesian Football Died 235

Suporter Rusuh, Media Berpesta ! 237



7. ENTERTAINER YANG TERLILIT UTANG

Suporter Sang Penghibur 243

Suporter Eropa Vs Suporter Indonesia 247

Mendukung Atlet Kita di Atlanta Via Internet 251

Lelucon Toko Antik dan Suporter Yang Terus Berutang 253

Kisah 18 Unta Dan Warna-Warni Cinta Suporter Sepakbola 257

Sesosok Mayat Berkostum PSM Mengapung di Pelabuhan Makassar 263

Sang Kancil, Daniel Nivel, Beri Mardias Foundation ? 267

Suporter Merah-Putih, Kreasimu Ditunggu ! 271

Suporter Bunglon, Perlu Atau Tidak Perlu ? 275

A Familiar Stranger Antarsuporter 279

Children Wins Is Everybody Wins 283

Spice Girls Dan Lagu-Lagu Suporter Indonesia 287


8. EAT SUPPORTER, SLEEP SUPPORTER, DREAM SUPPORTER !

Hooligan, Delapan Dosa Suporter Kita Dan Efek Pygmalion 295

Syuting Bareng Ultras Sampai Kata Mutiara Asal Jepang 301

Ovan Tobing, John Lennon, Impian Karier Baru Seorang Suporter 305

Be All You Can Be ! 309

Eat Supporter, Sleep Supporter, Dream Supporter ! 313

Van Gogh, Horse Sense, Kreativitas Suporter Dan Linkin Park 317

Cakrawala Baru Cari Duit Pinter Cara Suporter 321

Negroponte, Arema Dan Museum Pasoepati 327

Sperma Demo, Suporter Menulis, Nasehat Bismar Siregar 333

Piala Tiger Di Solo ? Festival Aeng-Aeng Ada Di Solo ! 337

Antara Cabul, Somnolent, Kapital Intelektual, Mak Comblang 341

Mbak Ira, Mas Eko, Mark Cuban Dan Suporter Basket Indonesia 347


9. HARI-HARI SEPAKBOLA INDONESIA MATI

Di Padang Ada Stadion Roma, Juga Onpas Seerbar-nya Hatta 355

Revolusi Subardi, Bom Benny, Konspirasi Di PSSI ? 359

Ketika Sepakbola Indonesia Hanya Lelucon 365

Satria Wirang, Dukun Dan Prestasi Sepakbola Indonesia 369

Hari-Hari Sepakbola Indonesia Mati 375

Maradona, M. Amien Rais, Utopia Sepakbola Indonesia 379

Skandal Schumacher Dan Sepakbola Kita 385

Persebaya - Persipura, 0 - 12 ! 391

Order Burung Phoenix Dan Penghancuran Nama Perserikatan 393

Derita Kadir Dan Playstation 397

Merokok Dan Sepakbola 399

Kanjeng Sunan Stadion Manahan Sampai Ancaman Narkoba 403

PSSI, Jutaan Kera Dan Tuntutan Era Internet 407


DAFTAR CATATAN 413

DAFTAR PUSTAKA 427

INDEKS 429


Thursday, September 11, 2003 

MENYOAL MEREK SUPORTER PERSIS SOLO
SAMPAI FILOSOFI LUHUR SUPORTER INGGRIS

Shakespeare pernah bilang, apalah arti sebuah nama. Tetapi dalam kacamata pemasaran dan periklanan, apalagi di tengah membeludagnya merek produk di era informasi ini, pendapat Shakespeare itu akan membunuh bila dituruti. Sebab nama itu penting, paling tidak menurut begawan pemasaran Al Ries dan Jack Trout.

Keduanya pernah memberi contoh tentang pemilihan nama sebuah pulau di Teluk Karibia. Kalau pulau itu tetap memakai nama lamanya, yaitu Pulau Babi, tentu ia bakal tak seterkenal dan semakmur ketika menjadi resor pariwisata dengan nama Pulau Surga (Paradise Island) yang disandangnya kini.

Merujuk hal pentingnya nama, saya agak dibeliti tanda tanya ketika membaca bahwa nama kelompok suporter Persis Solo bernama Alap-Alap Samber Nyawa. Saya pribadi tidak punya masalah serius dengan nama itu. Tetapi rada mengganjal ketika nama itu muncul di media massa ditulis dengan nama singkatannya : AASN.

Saya juga tidak menyalahkan media yang melakukan penyingkatan tersebut. Sebab, otak manusia memang terbiasa mampu mengingat secara nyaman tujuh suku kata, di mana rumus ini telah jadi pegangan penting dan universal bagi para pencipta merek internasional dalam menelurkan nama untuk produk-produk baru mereka. Sementara itu, silakan hitung, betapa nama kelompok suporter Persis itu terdiri atas delapan suku kata. (Pasoepati terdiri empat suku kata !).

Terlebih lagi, ketika di media massa ia berubah jadi AASN, sehingga, menurut saya, membuat kadar eksotisitas (atau keseraman ?) dari nama Alap-Alap Samber Nyawa menjadi pudar. Apalagi akronim AASN itu juga tidak terdengar melodius di telinga dan di visual juga tidak memercikkan imej menarik yang mendekati citra dunia suporter sepakbola. Usul kecil saya, sebelum kebacut mengakar, bagaimana kalau nama itu diubah ? Terserah Anda para pentolan AASN untuk menolak atau pun menerima usul-usil ini..

Ada satu hal lagi yang ingin saya ingatkan, yang juga telah menjadi bahasan penting dalam buku saya Hari-Hari Sepakbola Indonesia Mati. Hal satu ini juga penting diingatkan bagi mereka yang mengaku sebagai suporter sepakbola di seantero Indonesia. Yaitu, semoga AASN terus mampu menjaga jati dirinya sebagai kelompok suporter sepakbola yang mandiri. Untuk bahan renungan dan cermin diri, saya kutipkan filosofi dari organisasi payung kelompok suporter di Inggris, The National Federation of Football Supporters' Clubs yang berstatus independen, dibiayai sendiri oleh anggota dan berdiri sejak tahun 1927. Disebutkan, “filosofi kami, suporter harus mampu membentuk diri mereka dalam kelompok sukarela yang independen, demokratis, dengan interes terbesarnya adalah demi tim yang mereka dukung dengan sepenuh ketulusan hati”.

Kalau Anda tidak setuju, mungkin Anda bukan tergolong sebagai suporter sejati !

Monday, September 08, 2003 

Wonogiri, 8 September 2003


SIAPA JUARA DAN SIAPA SAJA
YANG TERDEGRADASI DI LIBM 2003 INI ?


Hello, sobat, semua saudaraku, sesama suporter sepakbola Indonesia. Semoga anda selalu sehat dan sejahtera. Langsung saja : tim LI mana yang Anda favoritkan sebagai juara LIBM 2003 ini ? Siapa yang pantas terdegradasi ?

Hemat saya, agar pentas sepakbola kita penuh drama, selayaknyalah bila Tim Macan Putih, Persik Kediri, jadi juara LIBM 2003. Tetapi saya lalu jadi kuatir bahwa drama sepakbola kita akan makin seru bila Petrokimia Putra, Juara LIBM 2002, justru terkena degradasi menyusul Barito Putra ! Setuju ?

Beberapa hari lalu, lewat koran Jawapos, diceritakan betapa sobat saya Haji Mulyadi, Ketua Ultras, merasakan frustrasi yang dalam saat mengantisipasi ancaman degradasi bagi tim Petro itu. Apalagi sobat-sobat Ultras itu merasa sudah melakukan pelbagai upaya, termasuk hal-hal terpuji seperti menyantuni anak-anak panti asuhan (Jawapos, 8/9, juga menulis bahwa Panser Biru melakukan pula hal yang sama. Bagus !) sampai kendurian manakiban dan hal-hal supranatural lainnya (upaya ini juga jadi bahasan dalam calon buku saya Hari-Hari Sepakbola Indonesia Mati yang kini di tangan penerbit), tetapi ternyata prestasi Juara LIBM 2002 itu mengecewakan mereka. Reaksi Ultras kemudian justru berbalik jadi destruktif, termasuk melakukan pembakaran atribut mereka di stadion Tri Dharma Gresik.

Apa benar Petro nanti terdegradasi ? Repotnya, salah satu momen penentuannya adalah pada pertandingan terakhir, yang justru terjadi di Manahan. Ah, ini mengingatkan kejadian sedih 11 Juni 2000, saat Juara LI PSIS Semarang harus degradasi setelah tumbang di Manahan yang diikuti kerusuhan suporter Solo vs Semarang yang bekasnya belum terhapus sampai kini. Apakah nanti saat tanding Solo FC vs Petro itu akan terjadi d�j� vu, terdegradasinya Juara LIBM 2002 dan diikuti kerusuhan antarkedua suporter ? Amit-amit, moga tidaklah terjadi hal buruk itu !


Kita tunggu.

Lalu tim mana yang pantas mengikuti Barito Putra ? Arema ? PSDS ? Persib ? Pelita KS ? Bila hal buruk itu benar-benar terjadi, bagaimana suporter menyikapinya ? Kerusuhan ? Ada sebuah cermin : setelah timnya pasti masuk jurang degradasi di akhir musim 2003, tifosi tim Torino di Italia justru melakukan demo besar-besaran. Kota Torino (5/5/2003) diserbu 50.000 pencinta fanatiknya dari segala penjuru Italia. Mereka tetap menunjukkan kecintaannya pada tim sekaligus kemarahan pada pemilik dan dewan pengurus saat ini. Dalam pawai yang disebut Granata Pride�s Day itu, mereka ingin menunjukkan bahwa semangat khas Toro, banteng Torino, masih hidup. Melihat tifosi masih bangga mendukung Torino, para eksekutif bersumpah akan segera membuat klubnya menjadi besar lagi. Kearifan para suporter Torino dalam menerima penurunan prestasi timnya, bisakah dipraktekkan di Indonesia hari-hari di depan ini ?

Saya sendiri, berharap agar tim Persijatim Solo FC ikut terdegradasi. Apa saya �gila� ? Boleh dan silakan saja bila disebut seperti itu. Tetapi, saya punya alasan tersendiri.

Pertama, Anda harus ingat, konstelasi sepakbola Solo jauh berbeda dibanding kotanya Sam Rudi, Sam Harie dan Sam Agung yang van Malang, Pei dan Benny van Sleman, Dwi Narwanto van Jepara, atau Kediri dan bahkan Lamongan. Solo tidaklah seberuntung seperti pelbagai kota-kota Anda tersebut. Secara jujur, Solo ikutan mencuat di pentas elit sepakbola nasional hanya karena �indekos�-nya tim-tim dari luar kota yang berorientasi bisnis di Solo ini. Sejak Arseto, Pelita Bakrie sampai Persijatim kini. Passion saya sebagai suporter sempat sampai puncak ketika Pelita Solo diimpikan akan lestari di Solo. Harapan itu ternyata sia-sia !

Oleh karena itu, hemat saya, kini sudah saatnya publik bola Solo harus meninggalkan cara instan dengan sukaria menerima tim-tim indekosan yang sudah jadi elit tadi. Solo harus kembali ke bumi realitas, dan caranya (salah satunya) adalah bila tim �hibrida yang aneh�, Persijatim Solo FC itu, ikut terdegradasi ke Divisi I dan mungkin mereka akan meninggalkan Solo pula.

Konsekuensinya, Pasoepati mungkin akan menjalani hibernasi alias tertidur panjang, sebagaimana layaknya binatang yang hidup pada empat musim tatkala musim dingin tiba. Jadi saya nanti juga bisa ikut libur panjang, menjauhkan diri sementara dari hiruk pikuk dunia suporter sepakbola. Mungkin akan full-time sebagai penulis, walau mungkin bukan lagi mengupas bab suporter atau olahraga.

Terlebih lagi, menurut saya, kehadiran tim Persijatim itu di Solo (tidak disadari oleh banyak orang) telah merombak, ekstrimnya meracuni, budaya suporter Pasoepati, selama ini. Sebagai warga Pasoepati yang mungkin yang pertama kalinya menyambut kedatangan Persijatim ke Solo, ketika berdiskusi lewat telepon dengan bos Persijatim, Muhammad Zein, sekarang ini saya kecewa karena kehadirannya di Solo justru merubah orientasi kelompok suporter yang saya ikut di dalamnya. Kalau Persijatim ingin terus di Solo, sebaiknyalah bila merevisi posisi yang mengkooptasi Pasoepati seperti selama ini !

Kalau Anda pernah baca di Tabloid Bola, pernah disinggung di kolom Olaole betapa para pentolan Pasoepati kini keburu senang jadi �pegawai�-nya Persijatim Solo FC, dengan pangkat sebagai panpel dan penjual karcis mereka. Status ini membawa pengaruh plus dan minus. Yang minus, motivasi kuat mereka, ya, agar dapat uang. Sayangnya, status semacam ini secara tidak sadar atau tidak mau tahu, telah mencampurbaurkan posisi antara pegawai/panpel dengan suporter, dan ini jelas juga hibrida yang aneh.

Celakanya lagi : motivasi seperti ini sulit diubah. Seperti kata Robert T. Kiyosaki dalam The Cashflow Quadrant (2001), bahwa �uang adalah obat bius�. Lanjutnya, begitu Anda terbiasa menerimanya, kecanduan itu akan membuat Anda terikat pada cara mendapatkannya. Dengan kata lain, kalau menerima uang sebagai pegawai gajian maka Anda akan cenderung menjadi terbiasa dengan cara Anda memperolehnya. Dan hal itu merupakan pola yang sulit diubah.Kalau Anda mengaku sebagai suporter tetapi dapat duit (sebagai panpel), maka Anda akan cenderung mempertahankan status enak seperti ini. Sekuatnya.

Lalu, teman-teman saya di Pasoepati kini, seperti halnya dalil Lord Acton bahwa �kekuasaan itu cenderung korup�, saya kuatirkan diam-diam mereka akan meniru Pak Harto, dengan menganggap Pasoepati sebagai miliknya pribadi. Kalau Pasoepati dikritik, ia merasakan kritik itu menjadi personal, dianggap terarah ke pribadinya. Reaksinya pun marah-marah. Baru-baru ini, di koran Solopos (24/8/2003), saya usulkan agar Pasoepati kembali ke kithah, menjadi suporter murni dan bukan mendobel sebagai panpel, justru mereka tanggapi dengan ketersinggungan.

Yang pasti, di Pasoepati kini mencuat dikotomi tajam, yaitu adanya suporter yang mendapatkan bayaran (mereka-mereka yang jadi panpel itu) dan banyak lainnya suporter yang justru membayar sebagaimana layaknya penonton biasa. Keadaan yang sarat ketidakadilan itu (apalagi tak ada transparansi pada panpel dalam pengelolaan keuangannya) direspons sebagian besar warga Pasoepati dengan aksi yang cerdas. Mereka tidak lagi protes (walau berkali-kali hal transparansi itu muncul di media massa setempat dan juga di Bola !), tetapi aksi mereka cukup jitu : mereka tidak lagi berselera nonton ke stadion. Walau prestasi Persijatim Solo FC tidaklah jelek, tetapi nyatanya makin hari penonton Solo makin merosot jumlahnya di Stadion Manahan. Tur PSFC keluar kota, termasuk ke Malang baru-baru ini, sudah tidak menimbulkan gema atau selera lagi bagi suporternya. Jadi, menurut saya, kini Pasoepati rada �remuk, luar dan dalam�. (Opini selengkapnya bab hal ini bisa Anda baca di http://suporter.blogspot.com).



Well, sobat, itulah sekedar info aktual dari Solo. Mungkin kalau saudaraku Aremania, Ultras, Viking, Panser Biru, Volcanomania dan lainnya saat ini lagi harap-harap cemas, apakah jurang degradasi akan menelan tim kesayangannya, saya justru cemas apakah harapan saya di atas justru tidak kesampaian.

Hal harap-harap cemas lainnya adalah mengenai naskah buku saya. Kecemasan bab �remuk�-nya Pasoepati juga dibahas di buku saya ini. Hari ini, naskah itu sudah hampir sebulan lebih di tangan penerbit, tapi belum ada kata final apakah ia akan diterbitkan atau ditolak. Padahal, ini mimpi ya, buku itu inginku akan jadi kado bagi para pengurus persepakbolaan Indonesia yang bakal berkumpul di bulan Oktober 2003 nanti saat berlangsungnya pemilihan Ketua PSSI yang baru. Biar komunitas sepakbola Indonesia ya agak meliriklah, bahwa ada catatan yang diajukan oleh seorang suporter tentang kiprah mereka.

Terakhir, sebagai suporter, apa yang kini Anda pikirkan dan bakal Anda kerjakan untuk menyambut peristiwa penting ini ?

Drama sepakbola Indonesia akan mendekati puncak. Semoga kita semua mendapat yang terbaik dari hal itu. Seperti halnya kata legenda tenis wanita dunia, Billie Jean King, dalam bukunya The Warrior Athlete, semoga aktivitas kita sebagai suporter selama ini akan juga membuahkan hikmah, �how to develop physical, mental, and emotional skills � not just for sports, but for life !�
Juga, Selamat Merayakan dan Merenungkan Makna Hari Olahraga Nasional, 9 September 2003 ! Sampai di obrolan mendatang.

Sobat Anda,
Bambang Haryanto

P.S. Catatan dikit : Kalau Sam Harie nulis saya adalah Presiden Pasoepati, saya kira keliru. Saya belum pernah jadi presiden, dan bahkan sejak Oktober 2001 (karena pindah ke Jakarta) saya sudah berada di luar kepengurusan Pasoepati sampai kini. Oh ya, kode etik FIFA itu sudah pula masuk di buku saya, disandingkan dengan kode etik Pasoepati. Sudahkah kelompok Anda memiliki kode etik serupa ?

Untuk Sam Agung Chrisnayanto yang pernah mengajukan gagasan, apakah ada data sejarah mengenai benih-benih perseteruan antardaerah sejak jaman kerajaan dulu yang kini �menurun� kepada suporter, kini saya bisa jawab. Silakan pelajari buku barunya Capt. R.P. Suyono, Peperangan Kerajaan Di Nusantara (Grasindo, 2003), yang intinya kita ini mendapat warisan leluhur, yaitu �ketidaksetiaan dan saling berperang�. Silakan, kita sebagai suporter apa mau meneruskan hal buruk itu (termasuk �kecolongan-kecolongan�, istilah Sam Agung, bila terjadi rusuh antarkelompok suporter yang di atas kertas tidak bermusuhan) atau mencoba ikut serta menghentikan aliran pewarisan leluhur kita itu.

Untuk Mas Pei (Slemania) saya sertakan kata mutiaranya Bill Shankly. Di situs web Anda memang sudah ada, tapi yang ini, menurutku, lebih melodius : "Some people think football is a matter of life and death. It is much more important than that." Juga lirik lagu Go West yang ada rasanya sedikit kurang sempurna. Lain kali akan aku kirim teks yang semoga lebih mengena.
Kapan bikin lagu yang lebih seru ? Yogya dan Sleman kan terkenal musisinya yang kondang-kondang bukan ? PSS, hebat !









 

SOLUSI KEMELUT PERSIS, PSFC DAN PASOEPATI

Pelita Solo datang ke Solo dan pergi dari Solo karena alasan bisnis. Persijatim lalu datang ke Solo juga dengan alasan sama. Mereka merangkul Pasoepati, dan bukan dengan Persis, juga dengan alasan bisnis. Pada konstelasi terakhir ini, segitiga antara PSFC, Pasoepati dan Persis, ternyata banyak ganjelan. Ketika sebagai pemrasaran saat dilangsungkan diskusi “Kiat Hebat Menjual Persis Solo” di Hotel Kusuma Sahid (18/1/2003) sudah saya utarakan bahwa kehadiran PSFC adalah “musuh” utama Persis dalam memperebutkan atensi komunitas sepakbola di Solo. Bahkan secara kurang ajar dan nakal, saya usulkan pula saat itu agar nama Persis dilikuidasi. Lalu diganti nama lain yang lebih marketable dan berorientasi ke masa depan, demi upaya memenangkan perang perebutan atensi itu. Alasan pergantian nama itu telah saya tulis dalam buku Hari-Hari Sepakbola Indonesia Mati yang kini dalam pertimbangan penerbit.

Saat itu, ketika forum membincangkan problem berat Persis (baca : dana !), saya ingat Ketua Umum Persis hanya memberikan sasmito, tidak berterus terang dan lugas, menyatakan bahwa sebenarnya Persis membutuhkan dukungan PSFC, fihak yang saat itu hanya diwakili para pentolan Pasoepati yang merupakan Panpel PSFC. Warning Ketua Umum Persis ini rupanya tidak sampai ke sasaran. Saya tidak tahu, apakah sesudah diskusi itu lalu ada rembugan lanjutan yang serius antara kedua belah fihak itu. Tetapi mencermati kiprah Pasoepati selama jadi Panpel yang ternyata belum menerapkan transparansi untuk warganya sendiri, maka saya kira mereka juga tidak ada kontak dengan Persis untuk mencari jalan terbaik guna tercapainya tujuan mengembangkan sepakbola Solo dengan pendekatan win-win antara mereka. Sebab tahu-tahu, kita terkaget, dengan meledaknya pernyataan Walikota agar PSFC hengkang dari Solo seusai LI 2003.

Apakah keputusan ini sudah final, tak ada diskusi lagi ? Saya tidak tahu. Tetapi kalau saya boleh usul, dari kacamata seorang suporter, dalam menyikapi kemelut ini sebaiknya Pasoepati legowo dan mau berkorban. Kuncinya, mau kembali ke khittah semula, Pasoepati sebagai suporter sejati saja. Jangan tanyakan apa yang bisa Solo berikan pada kita, tapi tanyakan pada diri apa yang bisa kita berikan untuk Solo tercinta !

Bisnis ke-panpel-an Pasoepati seyogyanya diserahkan agar menjadi proyeknya Persis Solo. Kalau pun ada tenaga Pasoepati yang ingin terus mencari rejeki jadi panpel, silakan, tetapi masuklah melalui koridor dan atas nama Persis Solo. Bukan atas nama Pasoepati. Lalu, silakan Persis Solo, PSFC, Pemkot dan DPRD, duduk satu meja, mencari jalan terbaik untuk semua fihak, satu momen penting yang selama ini rasanya belum pernah terjadi. Saya berharap, usulan di atas akan baik bagi Pasoepati, Persis dan Solo FC di hari-hari mendatang. Kalau PSFC tak jadi pergi, Pasoepati juga tidak jadi mati, bukan ?

Umpama usulan ini tidak menjadi kenyataan, saya tidak apa-apa. Hanya sangat menyayangkan, bila perginya PSFC nanti harus ada yang merasa luka hati. Sebab Persis Solo yang kini lagi menggeliat kecil, di masa depan bebannya akan tambah berat. Dalam menyangga beban berat, alangkah baiknya, bila fihak Persis bercakrawala pemikiran sebagai insan olahraga yang lebih menasional, bukan sebagai politikus dengan Soloisme yang sempit, dengan lebih dini dan intensif menggalang network, teman, sahabat dan bukan membuat musuh-musuh baru yang tidak perlu. Seribu teman kurang banyak, satu musuh itu sudah terlalu banyak !

Suka atau tidak suka, di jajaran PSFC toh terdapat jaringan personil yang lebih dulu malang-melintang di sepakbola di Indonesia. Sehingga jauh lebih baik bila mereka nanti berdiri di belakang kita pada saat Persis membutuhkan bantuan atau advokasi, ketimbang mereka hanya sebagai fihak yang pernah kita sakiti yang suatu saat tergoda “bayar utang” yang tak perlu atas hal-hal yang pernah kita lakukan terhadap mereka walau atas nama heroisme, demi Solo atau Persis sekali pun !

Bambang Haryanto
Suporter Pasoepati dan Sekjen ASSI
Sedang merampungkan buku
Hari-Hari Sepakbola Indonesia Mati

"All that I know most surely about morality and obligations I owe to football"



(Albert Camus, 1913-1960)

Salam Kenal Dari Saya


Image hosted by Photobucket.com

Bambang Haryanto



("A lone wolf who loves to blog, to dream and to joke about his imperfect life")

Genre Baru Humor Indonesia

Komedikus Erektus : Dagelan Republik Semangkin Kacau Balau, Buku humor politik karya Bambang Haryanto, terbit 2012. Judul buku : Komedikus Erektus : Dagelan Republik Semangkin Kacau Balau! Pengarang : Bambang Haryanto. Format : 13 x 20,5 cm. ISBN : 978-602-97648-6-4. Jumlah halaman : 219. Harga : Rp 39.000,- Soft cover. Terbit : Februari 2012. Kategori : Humor Politik.

Judul buku : Komedikus Erektus : Dagelan Republik Kacau Balau ! Format: 13 x 20,5 cm. ISBN : 978-602-96413-7-0. Halaman: xxxii + 205. Harga : Rp 39.000,- Soft cover. Terbit : 24 November 2010. Kategori : Humor Politik.

Komentar Dari Pasar

  • “HAHAHA…bukumu apik tenan, mas. Oia, bukumu tak beli 8 buat gift pembicara dan doorprize :-D.” (Widiaji Indonesia, Yogyakarta, 3 Desember 2010 : 21.13.48).
  • “Mas, buku Komedikus Erektus mas Bambang ternyata dijual di TB Gramedia Bogor dgn Rp. 39.000. Saya tahu sekarang saat ngantar Gladys beli buku di Bogor. Salam. Happy. “ (Broto Happy W, Bogor : Kamis, 23/12/2010 : 16.59.35).
  • "Mas BH, klo isu yg baik tak kan mengalahkan isu jahat/korupsi spt Gayus yg dpt hadiah menginap gratis 20 th di htl prodeo.Smg Komedikus Erektus laris manis. Spt yg di Gramedia Pondok Indah Jaksel......banyak yg ngintip isinya (terlihat dari bungkus plastiknya yg mengelupas lebih dari 5 buku). Catatan dibuat 22-12-10." (Bakhuri Jamaluddin, Tangerang : Rabu, 22/12/2010 :21.30.05-via Facebook).
  • “Semoga otakku sesuai standar Sarlito agar segera tertawa ! “ (Bakhuri Jamaluddin, Tangerang : Rabu, 22/12/2010 :14.50.05).
  • “Siang ini aku mau beli buku utk kado istri yg ber-Hari Ibu, eh ketemu buku Bambang Haryanto Dagelan Rep Kacau Balau, tp baru baca hlm 203, sukses utk Anda ! (Bakhuri Jamaluddin, Tangerang : Rabu, 22/12/2010 :14.22.28).
  • “Buku Komedikus Erektusnya sdh aku terima. Keren, mantabz, smg sukses…Insya Allah, suatu saat kita bisa bersama lg di karya yang lain.” (Harris Cinnamon, Jakarta : 15 Desember 2010 : 20.26.46).
  • “Pak Bambang. Saya sudah baca bukunya: luar biasa sekali !!! Saya tidak bisa bayangkan bagaimana kelanjutannya kalau masuk ke camp humor saya ? “ (Danny Septriadi,kolektor buku humor dan kartun manca negara, Jakarta, 11 Desember 2010, 09.25, via email).
  • “Mas, walau sdh tahu berita dari email, hari ini aq beli & baca buku Komedikus Erektus d Gramedia Solo. Selamat, mas ! Turut bangga, smoga ketularan nulis buku. Thx”. (Basnendar Heriprilosadoso, Solo, 9 Desember 2010 : 15.28.41).
  • Terima Kasih Untuk Atensi Anda

    Powered by Blogger
    and Blogger Templates