Thursday, November 13, 2003 

TIROS A PUERTA
(Keuntungan Kecil Dari Sikap Jahil Saat Nonton Sepakbola di TV)


Ketika bek Lazio Sinisa Mihajlovic meludahi penyerang Chelsea, Adrian Mutu, di Liga Champions (5/11/2003), dan akhirnya terkena akumulasi dua kartu kuning, sekaligus Lazio akhirnya dipermalukan 0-4 di Roma, Anda menontonnya di mana ? Mungkin di rumah. Atau di kafe. Yang pasti, menontonnya lewat layar pesawat televisi, bukan ?

Ketika adegan disgusting tersebut terjadi, dan saat Mihajlovic harus keluar lapangan (hukuman berat dari UEFA juga menantinya. Ia dihukum denda dan dilarang main 8 kali !) kemudian penyiarnya bilang, “saya hanya menaruh secuil simpati kepadanya”, saya menontonnya tidak dari televisi. Karena memang saya tidak punya pesawat televisi. Oleh karena itu, di tempat saya di Wonogiri, saya kehilangan banyak tontonan sepakbola.

Saya tak bisa nonton Liga Inggris di TV7
Liga Italia di SCTV gambarnya tak begitu jelas.
Liga Spanyol yang di layar TPI, gutbai sajalah.
Yang bisa ditonton hanyalah dari salurannya RCTI.

Saya menonton pertandingan sepakbola Liga Spanyol dan Liga Champions dari layar monitor komputer. Komputer yang telah diberi asesori berupa TV Tuner, jadilah ia mampu berperilaku a la “bi-sex” : komputer bisa, televisi juga bisa. Jelasnya malah mungkin “tri-sex” atau “quartro-sex” (yak opo rek), karena bisa pula untuk mendengarkan radio (Radio BBC favorit saya) atau kirim e-mail via Internet. Belum lagi kemampuannya untuk mutar CD atau VCD !

Kemampuan komputer yang macem-macem itu telah memberi kesenangan kecil. Sebagai seorang suporter sepakbola, saya senang mencatat dan mengamati isi-isi spanduk atau papan iklan yang terpampang di stadion. Banyak hiburan kecil dari sana. Hobi satu ini mengingatkan satu hal dari Liga Indonesia kemarin.

Kalau tidak salah, sesudah Arema dibeli oleh fihak Bentoel, apa benar lalu stadion Gajayana jadi steril dari spanduk-spanduk khas Aremania ? Apa betul pengamatan saya ini ? Kemana perginya singa-singa garang dilatarbelakangi warna-warna biru itu ?

Ketika di layar TV muncul suatu istilah, nama produk, atau tulisan di spanduk terpampang di sana yang menarik mata, saya seringkali digoda untuk pengin mengetahui apa artinya. Sokurlah, di komputer saya tersimpan aneka peranti lunak (hasil beli bajakannya di Glodog setahun lalu, “siapa bisa cerita kondisi Glodog saat ini ya ?”), baik kamus belasan bahasa, ensiklopedia, gazette, kamus ilmu tertentu (bisnis, fisika, hukum, kimia, komputer , singkatan sampai sains ) juga ribuan quotations, hingga membantu memenuhi rasa ingin tahu. Bahkan kadang, ketika menonton kuis Who Wants To Be A Millionaire, saya kadang tergoda berpacu dalam membongkar isi aneka peranti lunak itu untuk coba-coba ikut menjawabnya.

Begitulah, saat nonton Liga Spanyol, lalu di layar TV muncul kalimat : Tiros A Puerta, segera saya membongkar kamus Spanyol-Inggris. Saat itu pula segera saya mendapat perbendaharaan baru :

Tiros A Puerta.
Shots on goal.
Tembakan ke gawang.

Steve Jobs, penemu dan pendiri komputer Apple, pernah berujar, “Anda menyetel TV untuk mempersilakan otak Anda berhenti. Anda menghidupkan komputer ketika menginginkan otak Anda bekerja”. Ketika kini seseorang dapat menghidupkan komputer untuk menonton siaran pertandingan sepakbola di TV, kira-kira apa yang bakal Steve Jobs katakan tentang otak seseorang tersebut ? Saya senyum-senyum saja menantikan komentar Anda, bila ada.


Hasta Luego, Amigo ! ***
Sampai jumpa, sahabat !



Bambang Haryanto
Penulis buku HARI-HARI SEPAKBOLA INDONESIA MATI
Wonogiri, 10/11/2003


*** Kalau di daerah Klaten dan Sukoharjo, kalimat itu mungkin dapat berarti “Sampai jumpa, di toko Amigo”. Amigo adalah nama jaringan toko swalayan di pelbagai kabupaten/kecamatan di sekitar Solo.

P.S. Selamat untuk kelahiran si cantik Amadea Nauraleza Permadi, 15/10/2003 yang lalu. Apakah Amadea itu bentuk feminin dari Amadeus ? Kalau benar, maka itu akan berarti “si cantik kekasih Tuhan”. Dan memang, nama dari putri saudaraku ini mudah mengingatkan akan Amadeus Mozart, komponis jenius asal Austria, di mana kini musik abadinya telah menjadi mukjijat sebagai sarana untuk meningkatkan daya pikir, kesehatan dan kreativitas anak melalui musik.

Semoga Amadea Nauraleza (“apa arti nama yang indah ini, Sam Idoer ?”) Permadi akan segera menikmati antara lain, Symphony No. 40 in G Mayor dan karya jenius Amadeus lainnya untuk perkembangan daya pikir dan kreativitasnya, kelak.

Aku turut berbahagia, Sam Idoer !
Semoga papa Amadea, sehat-sehat saja.


















Tuesday, November 04, 2003 

Diskusi dengan warga ASSI :
Suporter dan Sepakbola Indonesia, Mau Kemana Kita ?


Wonogiri, 4/11/2003


Dear sobat M. Fadillah
warga Viking Yth dan warga keluarga besar suporter
sepakbola Indonesia


Salam sejahtera. Semoga sehat-sehat adanya. Makasih untuk kontaknya, Fadillah, dan saya senang bisa bersilaturahmi lagi di bulan baik ini lewat e-mail. Saya sama Fadillah ketemu terakhir saat kita ramai-ramai di Senayan, 15 Desember 2002, saat mendukung timnas bertarung di Piala Tiger. Hampir setahun lalu ya ? Waktu cepet sekali berlalu. Ketemu kita sebelumnya, oh ya, di acara Deklarasi ASSI di Wisma YTKI (deket kantornya Fadillah di Kuningan Barat), malah saat itu kita semeja makan bareng Eko “Bonek” Haryanto yang gurunya Sherinna dan Sulis Hadad Alwi. Sayang Cak Eko itu “alergi” Internet, maka kontak antara kita kayak beginian ini tak menjangkau dirinya.

Hal lain, makasih Fadillah, telah kau sertakan tulisan sobat Anda,Yudi Baduy, yang menarik. Kalau Fadillah tanya,”Gimana menurut Mas Bambang nih…”, maka menurut saya : tulisan itu saya hargai. Sebagai suporter sepakbola yang setiap individu posisinya kan serba egaliter, sejajar, maka pada diri saya akan selalu mencoba menghargai pendapat rekan supporter lainnya. Apabila ada perbedaan, bukankah itu rahmat ? (Agus Rahmat ?). Saya akan menambah sedikit saja.

Mengenai penghargaan untuk suporter “terbaik”, akan saya rujuk dari sumber “Football Violence and Hooliganism in Europe”, tulisan Dr. Peter Marsh dkk.
(www.sirc.org/publik/football_violence.html), di bab Theory and Perspectives, telah dikutip pendapat sosiolog sepakbola dari University Aberdeen, Skotlandia, Richard Giulinanotti, “This, in turn, distinguishes the friendly Scottish fans quite sharply from their English hooligan peers. In a recent paper he notes the fact that 5.000 fans, known as The Tartan Army, won the UEFA Fair Play Award in 1992 for their friendly and supporting conduct”.

Suporter timnas Skotlandia pernah memenangkan trofi Fair Play Award 1992 dari UEFA. Apakah ini pengakuan sebagai suporter TERBAIK atau bukan, itu terserah Anda untuk menilai.

Tetapi bagi saya, latar belakang penerimaan hadiah itu yang sangat penting, karena berdasarkan “keramahan dan tingkah laku sportif mereka”. Nilai satu ini saya kira yang paling mendesak untuk ditiru oleh pelbagai kelompok suporter sepakbola di tanah air.

Mengapa perlu dan bahkan sangat perlu ?
Harian Kompas (7/7/2002) memaparkan jajak pendapat, 57,1 persen responden beranggapan suporter justru merusak citra sepakbola dan hanya sebesar 37,8 persen menilai kehadiran suporter mendukung perkembangan sepak bola.

Kita-kita ini, yang berbangga sebagai suporter sepakbola, yang katakanlah sampai berani mati untuk membela tim yang kita dukung, juga sampai tega untuk menyakiti kelompok supporter lainnya, ternyata di mata masyarakat gambarannya tidaklah seperti yang kita harapkan : suporter justru merusak citra sepakbola !

Itu belum seberapa.

Coba baca analisis dari Dr. Sindhunata (Kompas, 2/10/03) dalam tulisannya berjudul, “Bola, Cermin kehancuran Bangsa” dimana dikatakan antara lain : “Dunia bola kita yang penuh kekerasan dan kecurangan adalah lokasi nyata, di mana rakyat mengalihkan terror negara menjadi terror bagi diri mereka sendiri dan sesamanya. Dan itu semua dilakukan tanpa mereka sadari. Kehancuran dan kerusakan mana yang lebih parah daripada kehancuran yang dilakukan terhadap diri sendiri tanpa disadari ? Dalam arti ini, kehancuran dan kerusakan kita benar-benar SEMPURNA”


Dengan rendah kita, di bulan suci ini, kiranya tidak berlebihan apabila kita yang mengaku sebagai suporter sepakbola, sudi berintrospeksi, bercermin diri. Anjuran ini terutama ditujukan untuk diri saya juga !


Salam saya,


Bambang Haryanto
Penulis buku HARI-HARI SEPAKBOLA INDONESIA MATI




P.S. Tambahan tulisan saya menyambut Nurdin Halid di kursi PSSI


Selamat datang Nurdin Halid, di kursi nomor 1 organisasi PSSI.
Untuk sekedar mengetahui posisi dan situasi sepakbola Indonesia di tengah dunia, kita dapat mengilas balik pendapat Peter Velappan,Sekretaris Jenderal AFC (Asian Football Confederation) :

“Indonesia adalah Brazil-nya Asia. Mereka bermain dengan kecerdasan dan bakat unik di antara bagian sepakbola dunia lainnya. Bakat-bakat pemain Indonesia itu lebih baik dibanding para pemain Korea atau Jepang, tetapi mereka atau pun organisasi sepakbola mereka tidak mampu membersihkan diri dari cengkeraman korupsi” (Sumber : Asiaweek, 5 Juni 1998 : hal. 49).

Kita sebagai suporter sepakbola Indonesia, ketika korupsi kini sedang digalakkan untuk diperangi di negeri ini, apakah kita mampu dan bersedia menjadi bagian dari perjuangan melawan merebaknya korupsi tersebut , juga di sepakbola Indonesia ?

Selamat merenung, sahabat. Selamat menjalankan ibadah puasa.


Sobat Anda,

Bambang Haryanto
Penulis buku Hari-Hari Sepakbola Indonesia Mati.



From :Muhammad Fadillah
To :humorline@hotmail.com
Subject :Fwd: [bobotoh] MAHIWAL !!!
Date : Wed, 22 Oct 2003 21:04:33 -0700 (PDT)


Gimana menurut mas bambang nih..

tengkiw
D 1 LE

Note: forwarded message attached.


__________________________________
From :

Reply-To :bobotoh@yahoogroups.com
To :bobotoh@yahoogroups.com
Subject :[bobotoh] MAHIWAL !!!
Date : 22 Oct 2003 17:58:48 -0000

Kejadian yang aneh-aneh memang sering terjadi di negara kita !!! bahkan imbasnya sampai ke dunia persepakbolaan kita.

Sepanjang pengetahuan saya mengenai sepak bola, ....... tidak ada yang namanya Supporter terbaik. Karena dalam dunia sepakbola, Supporter hanya merupakan Subjek,... bukan Objek. Jadi dalam hal ini, team sepakbolalah yang menjadi "Artisnya".

Tapi di negara kita, ..... beberapa Kelompok Supporter malah berlomba-lomba untuk menjadi "Artisnya", mereka malah berusaha memberikan hiburan melebihi
Team Sepak bolanya, bahkan dalam hal "Popularitas". Kelompok Supporter yang seperti ini, bahkan melupakan "Hakekatnya", sebagai pendukung dan penonton
sepakbola. Mereka secara emosional malah lupa untuk membangkitkan semangat
Timnya, karena sibuk mengutamakan misinya. Mereka lupa untuk menikmati "Indahnya" permainan sepakbola, Mereka lupa, Apa yang sebenarnya
mereka perjuangkan, Bahkan, .... mereka lupa, untuk tujuan apa mereka datang ke Stadion, karena mereka terlalu sibuk menampilkan nyanyian dan
tariannya, padahal pertandingan sepakbola di tengah lapangan sedang berlangsung.

Setahu saya, ..... di negara yang sepakbola sudah sangat maju dan memasyarakat, "Nyanyian" hanya di tujukan untuk memompa semangat juang para Pemain team kesayangannya. Supporter di Negara Eropa dan Amerika Latin
khususnya, tidak pernah melakukan "Tarian-tarian" anehnya selama pertandingan berlangsung. Mereka hanya melakukan Konfigurasi tangan dengan
tepukan-tepukan kompak, dan mengangkat tangannya sebagai sinyal kepada para pemain untuk terus berjuang selama di lapangan, dan itupun dilakukan hanya sekali-sekali, disesuaikan dengan situasi dan kondisi pertandingan.

Adakalanya kita harus bernyanyi, ... adakalanya kita harus menari, yang jelas jangan sampai dilakukan sepanjang pertandingan yang tengah
berlangsung.

Diluar semua itu, ..... apa perlu adanya pemilihan Kelompok Supporter terbaik? apa tujuannya? dan yang paling membingungkan, ..... APA
KRITERIANYA ????

Dari dulu, VIKING selalu mempertanyakan hal tersebut kepada pihak PSSI. Bukankah kita datang ke STADION untuk mendukung dan mencurahkan TOTALITAS
dan KECINTAAN kita kepada TEAM KESAYANGAN kita ? dan bukan untuk MENJADI yang TERBAIK serta mencari POPULARITAS. Kalau begini terus kondisi
Supporter di Indonesia, ........ bisa jadi POPULARITAS Tim Sepakbolanya, akan terlindas oleh POPULARITAS Supporternya. Sungguh kasihan Team
Sepakbola yang harus mengalami hal demikian, ....... amit-amit !!!

Selaku Supporter sejati, tampilah apa adanya, spontan dan berlandaskan rasa cinta terhadap Tim yang dibelanya. Peran Supporter adalah berusaha menjadi
PEMAIN KE-12. Dan kepada rekan-rekan sekalian, Tetaplah seperti itu!! jaga rasa 'Cinta" terhadap PERSIB, curahkan seluruh totalitas kalian hanya untuk
PERSIB, ketika memberi dukungan !!! dengan cara itu, IKATAN BATHIN antara SUPPORTER dan TEAM SEPAKBOLANYA pasti akan tercipta, dan itu sangat efektif
dalam mendongkrak MOTIVASI para PEMAIN.

Ketika Team kita MENANG, ..... kita pantas BERSORAK, ...... dan ketika Team kita KALAH, ...... kita pantas MENANGIS. Ketika Team kita BERJAYA, ......
kita Pantas MEMUJANYA, ........ dan ketika team kita TERPURUK, ..... Kita HARUS MENEMANINYA !!! itulah salah satu bentuk CINTA YANG TULUS, sesuatu yang tak dapat dibeli oleh apapun dan merupakan ANUGRAH dari TUHAN YME!!

Saya akan bertanya apakah KITA pantas menjadi yang TERBAIK ??, sedangkan Team yang kita Bela tidak meraih penghargaan apapun.

Jabat Erat
VIKING PERSIB CLUB
-- YOEDI BADUY ---





"All that I know most surely about morality and obligations I owe to football"



(Albert Camus, 1913-1960)

Salam Kenal Dari Saya


Image hosted by Photobucket.com

Bambang Haryanto



("A lone wolf who loves to blog, to dream and to joke about his imperfect life")

Genre Baru Humor Indonesia

Komedikus Erektus : Dagelan Republik Semangkin Kacau Balau, Buku humor politik karya Bambang Haryanto, terbit 2012. Judul buku : Komedikus Erektus : Dagelan Republik Semangkin Kacau Balau! Pengarang : Bambang Haryanto. Format : 13 x 20,5 cm. ISBN : 978-602-97648-6-4. Jumlah halaman : 219. Harga : Rp 39.000,- Soft cover. Terbit : Februari 2012. Kategori : Humor Politik.

Judul buku : Komedikus Erektus : Dagelan Republik Kacau Balau ! Format: 13 x 20,5 cm. ISBN : 978-602-96413-7-0. Halaman: xxxii + 205. Harga : Rp 39.000,- Soft cover. Terbit : 24 November 2010. Kategori : Humor Politik.

Komentar Dari Pasar

  • “HAHAHA…bukumu apik tenan, mas. Oia, bukumu tak beli 8 buat gift pembicara dan doorprize :-D.” (Widiaji Indonesia, Yogyakarta, 3 Desember 2010 : 21.13.48).
  • “Mas, buku Komedikus Erektus mas Bambang ternyata dijual di TB Gramedia Bogor dgn Rp. 39.000. Saya tahu sekarang saat ngantar Gladys beli buku di Bogor. Salam. Happy. “ (Broto Happy W, Bogor : Kamis, 23/12/2010 : 16.59.35).
  • "Mas BH, klo isu yg baik tak kan mengalahkan isu jahat/korupsi spt Gayus yg dpt hadiah menginap gratis 20 th di htl prodeo.Smg Komedikus Erektus laris manis. Spt yg di Gramedia Pondok Indah Jaksel......banyak yg ngintip isinya (terlihat dari bungkus plastiknya yg mengelupas lebih dari 5 buku). Catatan dibuat 22-12-10." (Bakhuri Jamaluddin, Tangerang : Rabu, 22/12/2010 :21.30.05-via Facebook).
  • “Semoga otakku sesuai standar Sarlito agar segera tertawa ! “ (Bakhuri Jamaluddin, Tangerang : Rabu, 22/12/2010 :14.50.05).
  • “Siang ini aku mau beli buku utk kado istri yg ber-Hari Ibu, eh ketemu buku Bambang Haryanto Dagelan Rep Kacau Balau, tp baru baca hlm 203, sukses utk Anda ! (Bakhuri Jamaluddin, Tangerang : Rabu, 22/12/2010 :14.22.28).
  • “Buku Komedikus Erektusnya sdh aku terima. Keren, mantabz, smg sukses…Insya Allah, suatu saat kita bisa bersama lg di karya yang lain.” (Harris Cinnamon, Jakarta : 15 Desember 2010 : 20.26.46).
  • “Pak Bambang. Saya sudah baca bukunya: luar biasa sekali !!! Saya tidak bisa bayangkan bagaimana kelanjutannya kalau masuk ke camp humor saya ? “ (Danny Septriadi,kolektor buku humor dan kartun manca negara, Jakarta, 11 Desember 2010, 09.25, via email).
  • “Mas, walau sdh tahu berita dari email, hari ini aq beli & baca buku Komedikus Erektus d Gramedia Solo. Selamat, mas ! Turut bangga, smoga ketularan nulis buku. Thx”. (Basnendar Heriprilosadoso, Solo, 9 Desember 2010 : 15.28.41).
  • Terima Kasih Untuk Atensi Anda

    Powered by Blogger
    and Blogger Templates